Australian Dollar Melemah karena Kekhawatiran Tarif Potensial dari Trump
Australian Dollar (AUD) mengalami penurunan karena kekhawatiran mengenai kemungkinan tarif baru untuk barang-barang asal China yang diusulkan oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump. Indeks Kepercayaan Konsumen Westpac Australia meningkat 5,3% pada bulan November, mencapai 94,6 poin. Para trader menantikan rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada hari Rabu untuk mendapatkan wawasan tentang kebijakan AS di masa depan.
AUD terus memperpanjang penurunannya terhadap US Dollar (USD) untuk sesi ketiga berturut-turut pada hari Selasa. Kenaikan tarif yang diusulkan untuk barang-barang China oleh Trump bisa berdampak negatif pada AUD, mengingat Australia adalah salah satu eksportir terbesar ke China. Indeks Kepercayaan Konsumen Westpac mencatat peningkatan 5,3% menjadi 94,6 poin pada bulan November, yang menandai bulan kedua berturut-turut perbaikan dan level tertinggi dalam dua setengah tahun. Namun, indeks ini tetap di bawah 100 selama hampir tiga tahun, menunjukkan bahwa pesimis masih lebih banyak dibanding optimis.
Matthew Hassan, Ekonom Senior di Westpac, menyatakan bahwa konsumen merasa kurang tertekan mengenai keuangan keluarga mereka dan semakin percaya diri terhadap prospek ekonomi. US Dollar terus menguat setelah hasil pemilihan umum yang mengonfirmasi kemenangan Trump. Para analis menyarankan bahwa jika kebijakan fiskal Trump dilaksanakan, ini dapat mendorong investasi, pengeluaran, dan permintaan tenaga kerja, yang berpotensi meningkatkan risiko inflasi.
Skenario ini dapat memicu Federal Reserve (Fed) untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih ketat, yang berpotensi memperkuat Greenback dan memberikan tekanan tambahan pada pasangan AUD/USD. Para trader menantikan rilis data inflasi AS pada hari Rabu untuk mengetahui wawasan tentang kebijakan AS di masa depan. CPI secara keseluruhan diperkirakan menunjukkan peningkatan 2,6% year-over-year untuk bulan Oktober, sementara core CPI diproyeksikan naik 3,3%.