Harga Emas Turun Menjadi $2,600 di Sesi Asia Dini Hari
Harga emas mengalami penurunan menjadi $2,600 pada sesi awal Asia hari Selasa. Sikap hati-hati dari Federal Reserve (Fed) dapat membuat harga logam mulia ini turun lebih lanjut. Ketidakpastian dan ketegangan geopolitik dapat meningkatkan harga emas, yang dikenal sebagai aset safe-haven tradisional. Harga emas (XAU/USD) menarik beberapa penjual mendekati $2,600 selama sesi awal Asia pada hari Selasa. Para trader menunggu katalis baru, termasuk pandangan suku bunga di AS dan kemungkinan tarif di bawah Presiden terpilih Donald Trump. Pasar kemungkinan akan sepi menjelang akhir tahun.
Sikap hati-hati dari Federal Reserve AS dapat memberikan dampak negatif pada emas, karena suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik memegang aset yang tidak menghasilkan bunga. Ketua Fed Jerome Powell mengindikasikan awal bulan ini bahwa bank sentral AS mungkin akan berhati-hati dalam melakukan pemotongan suku bunga lebih lanjut setelah melakukan pemotongan sebesar 25 basis poin (bps). Proyeksi Ekonomi Terbaru (SEP), atau "dot plot", menunjukkan niat Fed untuk mengurangi jumlah pemotongan suku bunga tahun depan dari empat menjadi hanya dua pemotongan seperempat persen.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik dan kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih mungkin akan memperburuk ketegangan perdagangan global, yang dapat memicu krisis geopolitik dan kemungkinan menaikkan harga emas. Ketegangan geopolitik telah menggerakkan kenaikan emas tahun ini dan kemungkinan akan terus berlanjut hingga 2025, terutama dengan kembalinya Trump ke kursi kepresidenan, kata Kelvin Wong, analis pasar senior OANDA untuk wilayah Asia Pasifik.
FAQ tentang Emas
Mengapa orang berinvestasi di Emas?
Emas memiliki peran penting dalam sejarah manusia karena telah digunakan secara luas sebagai penyimpan nilai dan media pertukaran. Saat ini, selain kilauannya dan penggunaannya untuk perhiasan, logam mulia ini dianggap sebagai aset safe-haven, yang artinya dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga dianggap sebagai pelindung terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdevaluasi, karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Siapa yang membeli Emas paling banyak?
Bank sentral adalah pemegang emas terbesar. Dalam upaya mendukung mata uang mereka di masa-masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli emas untuk meningkatkan persepsi kekuatan ekonomi dan mata uang. Cadangan emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas sebuah negara. Bank sentral menambah 1,136 ton emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangannya pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini adalah pembelian tahunan tertinggi sejak catatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Cina, India, dan Turki cepat meningkatkan cadangan emas mereka.
Bagaimana korelasi Emas dengan aset lainnya?
Emas memiliki korelasi invers dengan Dolar AS dan US Treasuries, yang keduanya merupakan aset cadangan dan safe-haven utama. Ketika Dolar melemah, harga emas cenderung naik, memungkinkan investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset mereka di masa-masa sulit. Emas juga berkorelasi invers dengan aset berisiko. Kenaikan di pasar saham cenderung melemahkan harga emas, sementara penjualan di pasar berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Apa yang mempengaruhi harga Emas?
Harga emas dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang dalam dapat segera mendorong harga emas naik karena statusnya sebagai safe-haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, harga emas cenderung naik seiring dengan penurunan suku bunga, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning ini. Namun, sebagian besar pergerakan tergantung pada bagaimana Dolar AS (USD) berperilaku, karena aset ini dihargai dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga emas tetap terkendali, sementara Dolar yang lebih lemah kemungkinan akan mendorong harga emas naik.