Pound Sterling dan Dampaknya Terhadap USD

Pound Sterling dan Dampaknya Terhadap USD

Pound Sterling (GBP) tidak mengalami perubahan signifikan terhadap Dollar AS (USD) menjelang adanya perubahan sentimen di antara mata uang transatlantik. Data ekonomi Inggris yang lemah kemungkinan akan membatasi kenaikan Pound, karena menunjukkan bahwa para pembeli di Inggris mengurangi pengeluaran mereka pada bulan November. Secara teknikal, GBP/USD masih mempertahankan tren naik jangka pendek tetapi tetap rentan terhadap pembalikan.

Pada hari Selasa, Pound Sterling (GBP) diperdagangkan datar di kisaran 1.2650 karena para penjual menghentikan aksi jual berat yang terjadi sehari sebelumnya. Pada hari Senin, GBP/USD mengalami penurunan sebesar 0,71% setelah Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengeluarkan pernyataan keras dengan ancaman tarif 100% terhadap blok perdagangan BRICS, jika mereka terus mencari alternatif untuk USD. Data Purchasing Manager Index (PMI) AS yang lebih kuat dari yang diperkirakan juga mendukung penguatan Dollar.

Namun, komentar dari anggota Federal Reserve (Fed), termasuk Gubernur Fed Christopher Waller, membatasi kenaikan USD. Waller menyatakan bahwa ia cenderung mendukung pemotongan suku bunga pada bulan Desember, yang membuat prediksi bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat kebijakan bulan Desember semakin kuat dengan probabilitas 76% menurut alat CME FedWatch.

Pound Sterling Sulit Berjalan Jauh karena Data Ekonomi Lemah

Pound Sterling tidak berhasil memanfaatkan kelemahan Dollar AS akibat data ekonomi Inggris yang mengecewakan. Pada hari Senin, hasil akhir PMI UK untuk bulan November menunjukkan penurunan ke level terendah sembilan bulan di angka 48,0, turun dari 49,9 pada bulan Oktober dan di bawah estimasi awal 48,6. Pada hari Selasa, data penjualan ritel Like-for-Like dari British Retail Consortium (BRC) juga tidak memberikan harapan, dengan penjualan anjlok 3,4% pada bulan November setelah mengalami kenaikan 0,3% pada bulan Oktober, jauh di bawah ekspektasi kenaikan 0,7%. Data ini menambah keyakinan bahwa Bank of England (BoE) kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada rapat bulan Desember.

Dampak dari Krisis di Prancis

Pound Sterling juga merasakan dampak dari situasi di Prancis, dengan obligasi pemerintah Inggris (Gilts) mengalami penjualan setelah berita bahwa Perdana Menteri Prancis, Michel Barnier, menghadapi mosi tidak percaya dari partai oposisi terkait RUU Anggarannya. Berita ini memperlebar spread yield Gilts 10 tahun dibandingkan Bund Jerman ke level terluas “sejak Liz Truss menjabat sebagai PM, ditutup di angka 221,5 bps kemarin,” ungkap Jim Reid, kepala riset makro Deutsche Bank.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Dalam hal data yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar untuk GBP/USD, fokus utama bagi para trader akan tertuju pada data pekerjaan JOLTS AS pada hari Selasa dan pembicara dari Fed, termasuk Presiden Fed San Francisco Mary Daly, Gubernur Fed Adriana Kugler, dan Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee.

Analisis Teknikal: Pemulihan setelah Koreksi ABC

GBP/USD pulih setelah aksi jual pada hari Senin dalam kemungkinan koreksi tiga gelombang ABC, yang menunjukkan bahwa tren naik jangka pendek dari posisi terendah 22 November masih utuh, walaupun dalam kondisi rapuh. Namun, prinsip analisis teknikal menyatakan bahwa “tren adalah teman Anda,” sehingga kemungkinan masih akan ada perpanjangan dari tren naik ini.

Jika harga berhasil menembus di atas 1.2750, kemungkinan target kenaikan berikutnya sekitar 1.2824, di mana terdapat rata-rata bergerak sederhana (SMA) 200 periode. Sebaliknya, jika harga menembus di bawah level support utama di 1.2617, itu akan mengonfirmasi adanya pembalikan tren jangka pendek, yang kemungkinan akan mendorong penurunan menuju support di 1.2527 kemudian 1.2487, posisi terendah pada 22 November. Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) juga telah melintasi di bawah garis sinyal merahnya, menunjukkan kemungkinan kelemahan lebih lanjut.

FAQ Seputar US Dollar

Apa itu US Dollar?

US Dollar (USD) adalah mata uang resmi Amerika Serikat, dan merupakan mata uang 'de facto' di banyak negara lain. USD adalah mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia, menyumbang lebih dari 88% dari seluruh omset perdagangan valuta asing global.

Bagaimana kebijakan Federal Reserve mempengaruhi US Dollar?

Faktor paling penting yang mempengaruhi nilai USD adalah kebijakan moneter oleh Federal Reserve. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung memperkuat nilai USD, sementara suku bunga yang lebih rendah dapat melemahkannya.

Apa itu Quantitative Easing?

Quantitative Easing (QE) adalah proses di mana Federal Reserve mencetak lebih banyak Dollar dan membeli obligasi pemerintah AS untuk meningkatkan aliran kredit. Ini biasanya cenderung melemahkan USD.

Apa itu Quantitative Tightening?

Quantitative Tightening (QT) adalah kebalikan dari QE, di mana Fed menghentikan pembelian obligasi dan tidak melakukan reinvestasi pada obligasi yang jatuh tempo. Ini biasanya positif bagi nilai USD.