Pound Sterling Turun Setelah Pertumbuhan Ekonomi Inggris Melambat

Pound Sterling Turun Setelah Pertumbuhan Ekonomi Inggris Melambat

Pound Sterling mengalami penurunan setelah data Gross Domestic Product (GDP) Inggris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berlangsung lebih lambat dari yang diharapkan, sementara aktivitas pabrik mengalami kontraksi pada bulan November. Para trader kini memperkirakan ada kemungkinan besar pengetatan kebijakan monetari oleh Bank of England (BoE) dalam pertemuan kebijakan bulan Februari. Investor juga menunggu data klaim pengangguran mingguan AS dan data penjualan ritel untuk bulan Desember yang akan dirilis pada hari Kamis.

Pada sesi perdagangan Eropa hari Kamis, Pound Sterling menghadapi tekanan jual setelah rilis data GDP bulanan Inggris dan data pabrik untuk bulan November. Badan Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan bahwa ekonomi Inggris kembali tumbuh setelah mengalami kontraksi pada bulan Oktober. Meskipun demikian, laju pertumbuhan yang tercatat hanya sebesar 0.1%, lebih rendah dari ekspektasi pertumbuhan 0.2%. Data Produksi Manufaktur dan Produksi Industri juga mengalami kontraksi baik secara bulanan maupun tahunan. Secara bulanan, Produksi Industri dan Manufaktur masing-masing menyusut sebesar 0.4% dan 0.3%. Penurunan ini meskipun lebih lambat dibandingkan dengan bulan Oktober, di mana para ekonom memperkirakan Produksi Industri tumbuh sebesar 0.1%, sementara Produksi Manufaktur diperkirakan tetap datar.

Tanda-tanda kelemahan yang berkelanjutan dalam aktivitas pabrik di Inggris menunjukkan bahwa para produsen tidak sepenuhnya menggunakan kapasitas operasional mereka, seiring asumsi bahwa permintaan yang sudah lemah akan semakin menurun setelah presiden terpilih AS, Donald Trump, memberlakukan tarif impor yang tinggi saat dia menjabat. Namun, harapan yang berkembang bahwa pelonggaran kebijakan moneter dari Bank of England (BoE) tidak akan berjalan terlalu bertahap tahun ini memberikan sedikit angin segar bagi pemilik pabrik.

Trader kini meningkatkan ekspektasi dovish bagi BoE setelah rilis data Consumer Price Index (CPI) Inggris untuk bulan Desember yang menunjukkan adanya sinyal pendinginan tekanan harga. Mereka memperkirakan ada sekitar 84% kemungkinan bahwa BoE akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4.5% dalam pertemuan kebijakan di bulan Februari. Pendinginan tekanan harga ini juga memberikan sedikit kelegaan bagi Menteri Keuangan Rachel Reeves karena menyebabkan jeda dalam lonjakan hasil obligasi gilts Inggris. Hasil obligasi gilts 30 tahun Inggris telah turun menjadi 5.28% dari rekor tertingginya lebih dari 26 tahun di 5.47%.

Mata uang Inggris ini mengalami penurunan signifikan dalam beberapa hari perdagangan terakhir akibat lonjakan hasil gilts Inggris akibat ketidakpastian mengenai proyeksi ekonomi.

Analisis Teknis: Pound Sterling Tetap Lemah

Pound Sterling berdagang di sekitar level kunci 1.2200 terhadap US Dollar pada hari Kamis. Prospek untuk pasangan currency ini terlihat lemah karena 20-day Exponential Moving Average (EMA) yang menurun secara vertikal di sekitar 1.2394 menunjukkan bahwa tren jangka pendek sangat bearish. 14-day Relative Strength Index (RSI) sedikit rebound setelah jatuh di bawah 30.00, mencerminkan situasi oversold. Namun, skenario yang lebih luas tetap bearish hingga RSI kembali ke rentang 20.00-40.00. Jika melihat ke bawah, pasangan ini diperkirakan akan menemukan support di dekat level terendah Oktober 2023 di 1.2050. Di sisi atas, 20-day EMA akan berfungsi sebagai resistance kunci.

FAQ tentang Pound Sterling

Apa itu Pound Sterling?
Pound Sterling (GBP) adalah mata uang tertua di dunia (dari tahun 886 M) dan merupakan mata uang resmi Inggris. GBP adalah unit yang keempat paling banyak diperdagangkan di pasar forex, menyumbang 12% dari semua transaksi, dengan rata-rata $630 miliar per hari berdasarkan data 2022. Pasangan perdagangan utamanya meliputi GBP/USD, yang juga dikenal sebagai 'Cable' (11%), GBP/JPY, atau 'Dragon' (3%), dan EUR/GBP (2%).

Bagaimana keputusan Bank of England mempengaruhi Pound Sterling?
Faktor paling penting yang mempengaruhi nilai Pound Sterling adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank of England. BoE mengevaluasi apakah telah mencapai tujuan utamanya, yaitu "stabilitas harga" dengan tingkat inflasi sekitar 2%. Untuk mencapainya, BoE akan menyesuaikan suku bunga. Ketika inflasi terlalu tinggi, BoE akan menaikkan suku bunga, yang membuat kredit lebih mahal. Ini biasanya positif untuk GBP, karena suku bunga yang lebih tinggi menjadikan Inggris lebih menarik bagi investor global. Sebaliknya, jika inflasi terlalu rendah, itu menandakan pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan BoE mungkin mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga.

Bagaimana data ekonomi mempengaruhi nilai Pound?
Rilis data ekonomi dapat mengukur kesehatan ekonomi dan mempengaruhi nilai Pound Sterling. Indikator seperti GDP, indeks PMI untuk Manufaktur dan Jasa, serta data ketenagakerjaan dapat mempengaruhi arahan GBP. Ekonomi yang kuat baik untuk Sterling karena menarik lebih banyak investasi asing dan mungkin mendorong BoE untuk menaikkan suku bunga, yang akan memperkuat GBP. Sebaliknya, jika data ekonomi lemah, maka Pound Sterling kemungkinan akan menurun.

Bagaimana Trade Balance mempengaruhi Pound?
Data Trade Balance juga merupakan indikator penting untuk Pound Sterling. Indikator ini mengukur perbedaan antara apa yang dihasilkan negara dari ekspor dan apa yang dibelanjakan untuk impor dalam periode tertentu. Jika sebuah negara menghasilkan produk ekspor yang sangat dicari, mata uangnya akan mendapat manfaat dari permintaan tambahan dari pembeli asing. Oleh karena itu, Trade Balance yang positif akan menguatkan mata uang, sedangkan Trade Balance yang negatif akan sebaliknya.