Yen Jepang Menarik Aliran Keamanan Amid Ketidakpastian

Yen Jepang (JPY) mengalami sedikit aliran keamanan pada hari Selasa, meskipun tidak ada kelanjutan yang signifikan. Ketidakpastian tentang kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ) menjadi tantangan bagi JPY di tengah pembelian USD yang meningkat. Kenaikan baru dalam imbal hasil obligasi AS juga berkontribusi dalam membatasi JPY yang memiliki imbal hasil lebih rendah.
Selama sesi Asia pada hari Selasa, Yen Jepang tetap berada di posisi yang menguntungkan dibandingkan dolar AS, meskipun ada keraguan mengenai kemampuan BoJ untuk meningkatkan suku bunga lebih lanjut. Investor kini tampak yakin bahwa meningkatnya ketidakpastian politik di Jepang dapat membatasi BoJ dalam memperketat kebijakan moneternya. Sentimen bullish yang berlanjut di pasar ekuitas juga terus menjadi halangan bagi Yen yang dianggap sebagai aset aman.
Sementara itu, harapan bahwa kebijakan ekspansif Donald Trump akan memicu inflasi dan memaksa Federal Reserve (Fed) untuk secara perlahan memangkas suku bunga, secara perlahan meningkatkan imbal hasil obligasi Treasury AS. Hal ini membantu Dolar AS dalam mengisi celah bearish mingguan dan berkontribusi pada pengekangan Yen yang memiliki imbal hasil lebih rendah.
Meskipun demikian, ancaman tarif dari Trump mendorong beberapa aliran keamanan menuju JPY dan menjaga pasangan USD/JPY tetap di bawah angka bulat 154.00.
Data Ekonomi dan Reaksi Pasaran
Data yang diterbitkan oleh Bank of Japan pada hari Selasa menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen Jasa (PPI) naik 2.9% YoY pada bulan Oktober dibandingkan 2.6% pada bulan sebelumnya. Ini mengikuti angka inflasi konsumen Jepang yang lebih kuat minggu lalu dan pernyataan hawkish dari Gubernur BoJ, Kazuo Ueda, yang membuka kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan Desember.
Kazuo Ueda menekankan kesiapan bank untuk menaikkan suku bunga jika inflasi didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan kenaikan upah. Namun, investor mulai memangkas taruhan mereka untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin lagi oleh BoJ pada bulan Desember menyusul meningkatnya ketidakpastian politik domestik.
Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengumumkan bahwa ia akan mengenakan tarif 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada yang masuk ke AS, serta tarif tambahan 10% untuk China. Kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari peningkatan tarif ini menekan selera investor untuk aset yang lebih berisiko dan mendorong aliran keamanan menuju Yen Jepang pada hari Selasa.
Pergerakan USD/JPY dan Strategi Trading
Pasangan USD/JPY telah berkonsolidasi di dekat Rata-rata Bergerak Sederhana (SMA) 100 periode pada grafik 4 jam. Selain itu, osilator campuran pada grafik harian dan jam membuat bijaksana untuk menunggu adanya penjualan lebih lanjut di bawah titik rendah swing minggu lalu, sekitar 153.30-153.25, sebelum berposisi untuk kerugian lebih lanjut. Harga spot mungkin kemudian melemah di bawah angka 153.00, menuju dukungan relevan berikutnya di tengah angka 152.00-an dan berlanjut ke SMA 200 hari yang sangat penting, saat ini sekitar angka 152.00.
Di sisi lain, area 154.75-154.80 sekarang tampaknya muncul sebagai hambatan kuat segera. Sebuah pergerakan yang berkelanjutan di atas area ini, yang menyebabkan kekuatan selanjutnya di atas angka psikologis 155.00, dapat mengangkat pasangan USD/JPY ke zona pasokan 155.40-155.50. Momentum ini juga bisa berlanjut menuju pengambilan kembali angka 156.00 sebelum harga spot berusaha menguji kembali puncak multi-bulan, sekitar area 156.75 yang tercapai pada 15 November.
FAQ tentang Bank of Japan
Apa itu Bank of Japan?
Bank of Japan (BoJ) adalah bank sentral Jepang yang menetapkan kebijakan moneter di negara tersebut. Mandatnya adalah untuk menerbitkan uang kertas dan melaksanakan kontrol mata uang dan moneter guna memastikan stabilitas harga, yang berarti target inflasi sekitar 2%.
Apa kebijakan Bank of Japan?
Bank of Japan memulai kebijakan moneter yang sangat longgar pada tahun 2013 untuk merangsang ekonomi dan mendorong inflasi di tengah lingkungan inflasi yang rendah. Kebijakan bank ini didasarkan pada Quantitative and Qualitative Easing (QQE), yaitu mencetak uang untuk membeli aset seperti obligasi pemerintah atau korporasi untuk menyediakan likuiditas. Pada tahun 2016, bank ini semakin melonggarkan kebijakan dengan memperkenalkan suku bunga negatif dan kemudian mengontrol langsung imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun. Pada Maret 2024, BoJ menaikkan suku bunga, secara efektif mundur dari posisi kebijakan yang sangat longgar.
Bagaimana keputusan Bank of Japan mempengaruhi Yen Jepang?
Stimulus besar dari BoJ menyebabkan Yen melemah terhadap mata uang utama lainnya. Proses ini semakin parah pada tahun 2022 dan 2023 akibat perbedaan kebijakan yang meningkat antara BoJ dan bank sentral utama lainnya yang memilih untuk meningkatkan suku bunga dengan tajam untuk melawan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade. Kebijakan BoJ menyebabkan diperlebar posisi diferensial dengan mata uang lain, menurunkan nilai Yen. Tren ini sebagian terbalik pada tahun 2024, ketika BoJ memutuskan untuk meninggalkan kebijakan yang sangat longgar.
Mengapa Bank of Japan memutuskan untuk mulai menghentikan kebijakan yang sangat longgar?
Yen yang semakin lemah dan lonjakan harga energi global menyebabkan peningkatan inflasi di Jepang, yang melebihi target 2% BoJ. Prospek kenaikan upah di negara tersebut – elemen kunci yang mendukung inflasi – juga berkontribusi terhadap langkah tersebut.